Kamis, 10 April 2014

Memilih Presiden yang (tidak) Pernah Salah

Pemilu legislatif 2014 berjalan dengan damai, hingar bingarnya terus berlanjut hingga pemilu presiden yang akan dilaksanakan 9 Juli 2014 nanti.

Dari beberapa nama yang telah mencuat tersebutlah 3 tokoh besar yang diramalkan akan meramaikan pilpres bulan Juli nanti yaitu Joko Widodo, Abu Rizal Bakrie dan Prabowo Subianto. Tiga nama ini berasal dari tokoh dan kader partai 3 besar hasil pileg 2014.

Terlepas dari koalisi seperti apa yang akan terbentuk nanti untuk mendapatkan pasangan capres-cawapres sebagaimana halnya dalam sebuah kompetisi selalu syarat dengan isu-isu negatif sebagai bahan 'Black Campaigne' untuk membunuh karakter seseorang.

Isu-isu ini akan dikemas sedemikian rupa agar sosok tersebut terlihat buruk sehingga diharapkan tingkat elektabilitasnya menjadi rendah.

Katakanlah tentang Prabowo Subianto, paling tidak orang-orang yang menjadi saksi sejarah peristiwa reformasi 1998 memberikan embel-embel sebagai pelanggar HAM yang terlibat dalam kasus penculikan aktifis pro reformasi dan kasus kerusuhan Mei 1998. Walaupun perihal keterlibatan mantan Danjen Kopassus itu hanya berakhir dengan pemecatan beliau sebagai anggota TNI namun tak dapat dipungkiri sejarah telah menjadikan sang Jenderal sebagai tokoh kontroversi hingga kini.


Begitu juga Abu Rizal Bakrie yang dulu dikenal sebagai pengusaha pertambangan dan perkebunan ini sempat berseteru dengan menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati pada masa pemerintahan SBY jilid I. Kasus pengemplangan pajak yang merugikan negara trilyunan rupiah hingga kini masih menjadi catatan hitam tersendiri. Ditambah lagi kasus lumpur Lapindo yang banyak menyengsarakan masyarakat Sidoarjo Jawa Timur membuat ketua Umum Golkar yang kini disapa ARB akan berpikir dua kali bila berkampanye ke tempat itu.

Bagaimana dengan Jokowi? Gubernur Jakarta ini sendiri memiliki masa lalu yang indah, beliau malah dikenal sebagai tokoh bersih antikorupsi.

Justeru permasalahan yang dihadapi sosok Jokowi bukanlah masa lalu yang penuh jejak kelam, namun masa sekarang inilah yang bisa membuat mantan walikota Solo ini terperosok ke dalam lubang 'Black Campaigne'.

Baru 2 tahun menjabat sebagai gubernur dari sebuah Ibukota Negara nomor 4 terbesar didunia, sebuah komitmen untuk membenahi sudut-sudut kota dari macet, kekumuhan dan kemiskinan dimana telah melewati epik pemilihan langsung yang dramatis, rakyat Jakarta sudah marah pada petahana lantas mengamanatkan harapan akan Jakarta Baru kepada wong ndeso ini.

Belum program-program bernas yang pernah dengan lantang dijual pada masa kampanye 2 tahun lalu tuntas dijalankan, pengadaan Busway berkarat memperburuk citra sang pengusaha meubel ini.

Ditangan Jokowi harapan warga Jakarta untuk Ibukota yang lebih baik kandas tatkala beliau ditugaskan Partai Kerbau Gemuk untuk menjadi Capres 2014.

Hal ini bukan tentang pencapaian hasil kerja dari program-program yang dicanangkan pada masa kampanye, karena tak adil menghakimi sang pemimpin yang baru menjabat 20 bulan untuk membenahi kota semrawut seperti Jakarta. Tapi tentang apa itu 'komitmen' apa itu janji, janji kepada masyarakat yang pernah marah kepada pemimpinnya.

Lantas dari ketiga sosok diatas, siapakah pemimpin yang pantas untuk diteladani? Jelas tidak ada. Namun bila kita terpaksa memilih siapa pilihan terbaik diantara mereka?

Dari ketiga kasus diatas menyangkut ketiga sosok yang bakal mencalonkan diri menjadi capres itu mungkin bisa dikategorisasi sebagai kasus pelanggaran HAM untuk Prabowo, kasus merugikan negara untuk ARB dan terakhir bisalah kita katakan Jokowi bukan pemimpin yang amanah atau tidak komit terhadap janji kepada masyarakat Jakarta.

Sementara bila kita telisik kategori tersebut diatas apakah hal tersebut dapat terulang lagi dimasa depan oleh masing-masing sosok tersebut? Tentu saja kita tak dapat menjaminnya namun hanya untuk kasus pelanggaran HAM-lah yang sulit untuk dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang ditengah iklim demokrasi dan keterbukaan ini.



1 komentar:

  1. kalau jokowi untuk melangkah saja sudah salah, bagaimana hasilnya nanti

    BalasHapus

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More