Minggu, 12 Agustus 2012

Meramal Hasil Pilkada DKI 2012 Putaran II

Keputusan sikap politik PKS mengenai dukungan kepada pasangan Foke-Nara dalam pilkada DKI putaran II telah sampai pada sikap resmi partai. Masyarakat yang telah menunggu-nunggu sikap apa yang akan diambil PKS itu menuai pro dan kontra. Sementara pasangan Jokowi-Ahok yang merupakan pemenang pilkada putaran I terkesan dikeroyok oleh gerombolan partai politik sebagaimana yang menimpa pasangan Adang-Dani pada Pilkada DKI 2007.

Pasangan Adang-Dani yang diusung PKS pada waktu itu yang membawa suara hasil pemilu 2004 melewati jumlah capaian suara PKS sendiri hingga 42% pemilih jakarta, sementara pasangan Foke-Prijanto didukung segerombolan partai politik yang berkoalisi. Disini menunjukkan kalkulasi politik tidak serta merta hanya didasarkan pada perolehan suara partai politik hasil pemilu legislatif.



Seperti de javu politik Pilkada DKI 2012 terulang lagi dimana koalisi PDIP-Gerindra akan dikeroyok oleh Belasan Partai politik bila dikalkulasi dari raihan suara pileg sebelumnya mencapai 80%-an bahkan lebih. Namun hitungan ini jauh-jauh hari sudah termentahkan oleh hasil capaian suara yang diraih Jokowi-Ahok pada putaran I pilkada DKI dengan hampir separuh dari pemilih DKI.

Kalkulasi Politik

Bila kita cermati hasil pilkada DKI putaran I yang memilih pasangan petahana 32,05% pemilih dimana artinya ada hampir 70% penduduk Jakarta menginginkan muka baru untuk menggantikan pemimpin yang sudah ada. Dengan dasar ini saya mencoba mengambil angka moderat 66% resistensi masyarakat terhadap status quo. Angka ini akan saya gunakan sebagai variabel untuk memprediksi hasil pilkada DKI putaran II tanggal 20 september 2012.

Berdasarkan Keputusan KPU Provinsi DKI Jakarta Nomor 27/Kpts/KPU-Prov-010/2012 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat Provinsi dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 sebagai berikut:

    * Pasangan Calon Nomor Urut 1 (satu): FAUZI BOWO - NACHROWI RAMLI memperoleh hasil  suara sah 1.476.648 (34,05 %)
    * Pasangan Calon Nomor Urut 2 (dua): Mayjen (Purn.) H. HENDARDJI SOEPANDJI - Ir. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA. memperoleh hasil suara sah 85.990 (1,98 %)
    * Pasangan Calon Nomor Urut 3 (tiga): Ir. H. JOKO WIDODO - Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, MM. memperoleh hasil suara sah 1.847.157 (42,60 %)
    * Pasangan Calon  Nomor Urut 4 (empat): HIDAYAT - DIDIK memperoleh hasil suara sah 508.113 (11,72 %)
    * Pasangan Calon  Nomor Urut 5 (lima): FAISAL B. - BIEM T. BENJAMIN memperoleh hasil suara sah 215.935 (4,98 %)
    * Pasangan Calon Nomor Urut 6 (enam): H. ALEX NOERDIN - Letjen TNI (Marinir) Purn. H. NONO SAMPONO memperoleh hasil suara sah 202.643 (4,67 %). (Sumber)

Dari hasil ini dipastikan pasangan yang maju pada putaran II Pilkada DKI 2012 adalah Foke-Nara dengan modal 34,05% suara dan pasangan Jokowi-Ahok 42,60% suara.

Sementara sisa suara yang memilih pasangan calon lain selain kedua calon tersebut 23,35% suara. Dengan menggunakan asumsi 66% pemilih sebagai variabel yang menolak status quo, maka didapat hasil sebagai berikut:
66% x 23,35% = 15,41% (angka 15,41% adalah angka moderat pemilih yang menolak status quo dan berpotensi menjadi suara bagi pasangan Jokowi-Ahok)

Bila kita berspekulasi angka 15,41% ini menjadi milik pasangan Jokowi-Ahok sebagai ikon anti status quo maka didapat angka: 42,60% + 15,41% = 58,01%

Jadi dengan menggunakan kalkulasi matematis politik ini saya meramalkan pasangan Jokowi-Ahok memenangkan pilkada DKI putaran II.

Faktor PKS

Namun bila kita bersikukuh bahwa suara konstituen PKS benar-benar solid dimana sikap politik PKS dalam putaran II mendukung pasangan petahana, terpaksa kita memasukkan capaian suara pasangan Hidayat-Didik sebesar 11,72% kepada capaian suara pasangan Foke-Nara sehingga didapat angka: 34,05% + 11,72% = 45,77%.

Jadi, suara yang tak bertuan tinggal 23,35% - 11,72% = 11,63% (saya berspekulasi dukungan parpol tidak mencerminkan suara grassroot)

Angka 11,65% adalah persentase suara yang akan diperebutkan pada putaran II pilkada DKI 20 september mendatang. Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat angka sebagai berikut:
66% x 11,63% = 7,68% (angka 66% tetap saya gunakan sebagai variabel)

Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut suara pasangan Jokowi-Ahok bertambah sekitar 7,68% menjadi 50,28% yang artinya Jokowi menjadi The next Gubernur DKI.

Dengan hasil tipis ini akan rentan terjadi gugat menggugat hasil pilkada DKI. Maka bersiap-siaplah menuju Jakarta yang chaos emngingat kekuatan politik pro status quo masih sangat kuat di negara Indonesia raya ini...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More