Pernyataan kontroversial yang disampaikan oknum Ketua DPRRI
berinisial 'MA' dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh BEM
Perguruan Tinggi NU di Jombang bahwa kemiskinan terjadi karena orang
tersebut malas bekerja. Tentu saja pernyataan ini tidak saja mengundang
polemik bahkan juga gelombang protes dari masyarakat, apalagi pernyataan
ini disampaikan oleh seorang ketua Parlemen dimana institusi tersebut
banyak tersandung kasus Megakorupsi yang berlarut-larut. Ditambah lagi
pernyataan yang dikeluarkan MA atas lontaran sebuah pertanyaan yang
mengkaitkan relasi sebab akibat korupsi terhadap angka kemiskinan di
Indonesia. Tidak cukup waktu semalam untuk membahas kualitas moral oknum
tersebut berkaitan dengan pernyataannya itu. Maka saya akan memberikan
sekedar analisa sederhana tentang siklus kemiskinan dalam sudut pandang
komunisme.
Komunisme merupakan sebuah ideologi hasil dari
pergulatan pemikiran Karl Marx dan Fredriech Engels dalam mengkritisi
bentuk imperialisme Ekonomi Kapitalis. Menurutnya kapitalisme adalah
bentuk penghisapan yang dilakukan oleh pemilik modal (kapitalis)
terhadap pekerjanya (proletar). Penghisapan ini terjadi ketika sang
kapitalis merampas keuntungan dari hasil usaha yang dikerjakan oleh si
proletar.
Karena menurut Marx dalam kegiatan ekonomi ada
keterlibatan antara KAPITALIS sebagai pemilik alat produksi, ALAT
PRODUKSI sendiri, KAPITAL aka bahan baku, BURUH aka proletar. Dalam
proses produksi sang kapitalis menyediakan alat produksi serta bahan
baku untuk selanjutnya para pekerja dengan tenaga dan ketrampilannya
menjalankan alat produksi sehingga menghasilkan produk jadi yang akan
dijual dipasar. Untuk selanjutnya produk jadi tersebut akan memiliki
nilai jual yang melebihi dari nilai bahan baku tersebut. Dimana selisih
nilai jual dengan nilai bahan baku dipotong dengan biaya produksi
termasuk biaya pemeliharaan alat produksi disebut NILAI LEBIH.
Marx
berpendapat Nilai Lebih merupakan hak sepenuhnya para pekerja, padahal
bagi penganut ekonomi Kapitalis Nilai Lebih merupakan keuntungan dari
penjualan dimana hanya sebagianlah yang boleh diberikan kepada
karyawan/buruh sebagai gaji. Untuk lebih mudah memahaminya saya akan
berikan sebuah contoh sebagai berikut.
Ada sebuah industri
pembuatan roti, Pak Haji Seno sebagai pemilik usaha tersebut telah
membeli peralatan pabrik roti berikut tempat usaha dengan modal Rp. 100
juta. Untuk bahan baku roti dia kembali mengeluarkan modal Rp. 1 juta
yang akan menghasilkan roti yang akan mendapatkan keuntungan bersih Rp.
1,5 jt. Dari 1,5 juta ini dia menyisihkan 500 ribu untuk mengembalikan
modal alat produksi sehingga harapannya selama 200 kali produksi
tersebut dia dapat mengembalikan modal itu atau bahkan menggantinya
dengan mesin baru.
Lantas kemana sisa 1 juta keuntungan bersih itu
untuk sekali produksi? Karena beliau menganut faham bagi hasil maka pak
haji Seno membagi dua keuntungan tersebut 500 ribu untuk pekerja dan
500 ribu nya lagi tentu untuk pribadinya.
Hal inilah yang
disebut karl Marx sebagai perampasan Nilai Lebih. Bagi Marx Pak Haji
Seno tidak berhak terhadap uang yang 500 ribu itu, seharusnya beliau
memberikan 1 juta penuh bagi karyawannya.
Lantas apa bagian Pak
Haji Seno? Pak haji tersebut sudah mengambil bagiannya 500 ribu
terdahulu yang ditabung untuk mengembalikan modal alat produksi, dimana
setelah 200 hari dia bisa mengembalikan alat produksi dengan kondisi
semula (dengan membeli baru).
Apa untungnya Pak Seno sebagai pengusaha aka Kapitalis?
Dalam sistem komunisme keuntungan yang diambil pak Haji Seno dengan membagi dua keuntungan itu adalah sebuah penghisapan.
Kenapa
itu disebut penghisapan? Bukankah itu nilai yang wajar untuk seorang
pengusaha malah ada pengusaha yang hanya memberikan sekian persen saja
untuk kesehjateraan karyawannya.
Menurut Marx, buruh yang bekerja
ibaratnya seperti mesin, mesin akan mengalami kerusakan, aus, degradasi
fungsi dan penuaan. Begitu juga buruh, seorang pekerja akan mengorbankan
waktu bersenang-senangnya, waktu bersantainya dengan melakukan
pekerjaan dalam durasi waktu tertentu dimana itu adalah sebuah
pengorbanan, selain itu seorang buruh akan mendonasikan tenaganya,
kesehatannya, pikirannya, umurnya dan sisi kemanusiaannya untuk
menjalankan alat produksi.
Alat produksi Pak Haji Seno bisa
diperbaharui sebagaimana kondisi semula dengan membeli baru, dan
seharusnya juga para pekerja itu diberikan fasilitas yang sama dengan
mengembalikan kondisinya ketika dia belum mendonasikan tenaganya dalam
proses produksi itu. Sang pekerja harus diberikan jaminan kesehatan,
kesejahteraan sehingga bisa bereproduksi juga. Selain itu durasi waktu
yang dikorbankannya harus digantikan dengan durasi waktu yang sama untuk
melakukan kesenangan yang tertunda.
Berarti dalam komunisme tidak dikenal istilah pengusaha?
Dalam
sudut pandang komunisme sang pemilik modal yang hanya menyediakan alat
produksi lantas memperkerjakan orang lain untuk menjalankan alat
produksinya sehingga menghasilkan produk jadi lalu dia mengambil
keuntungan dari produk itu disebut sebagai pemalas yang merampok
proletar, dan itu merupakan tindakan kriminal. Bila Pak Haji Seno
menginginkan bagian dari nilai lebih itu dia juga harus tetap bekerja
seperti karyawannya yang lain.
Kenyataan yang terjadi dalam sebuah
sistem kapitalisme adalah ketika orang-orang seperti Pak Haji Seno
mengambil NILAI LEBIH lalu menyisihkannya sedikit kepada para
pekerjanya, sementara dia semakin menumpuk hartanya dilain pihak para
pekerja hanya mendapatkan remah-remahnya Kapitalis.
Siklus ini
berlangsung terus dan tak hanya terjadi pada kasus pak haji Seno saja
tapi juga pada Pak haji lain, atau Pengusaha lainnya. Ketika peristiwa
ini berlangsung dalam jangka waktu yang berkesinambungan maka jurang
pemisah strata sosial antar kapitalis dan proletar yang terhisap ini
semakin lebar dan dalam. Para pemilik modal akan memiliki banyak pekerja
yang digaji murah, para pekerja yang banyak dan massal ini akan
menghasilkan generasi yang massal juga. Sebaliknya para kapitalis akan
semakin kokoh di menara gadingnya sendiri, membangun setiap keping
dinding kerajaannya dari keringat para pekerja yang terus dihisap.
Tidaklah
pantas label malas diberikan pada orang-orang yang dimiskinkan ini,
harapan saya oknum berinisial MA punya nyali untuk mundur dari
jabatannya, karena melukai 80 juta rakyat miskin di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar